Catatan Singkat Achiever 2015

Sebenarnya, bukan porsi saya untuk menuliskan hal ini. Nanti akan ada rilis resmi, semacam reportase proses dan hasil Achiever 2015 kemarin. Sekali lagi, Forum Anak Kulon Progo (FAKP) masih menunjukkan eksistensi mereka, di tengah kegelisahan beberapa orang di dalamnya. Perjalanan yang cukup panjang sejak 2009 itu insya Allah akan terus berlanjut. Saya akan menyajikan dalam perspektif saya sendiri.

Jadi begini. Awalnya kami menginginkan perubahan, namun itu tidak mudah. Jadi, yang sedikit lebih realistis adalah penyegaran.  Tentang apa? Tentu saja tentang forum anak. Achiever 2015 ini dilatarbelakangi oleh beberapa pertanyaan “sejuta umat” forum anak : kenapa forum anak vakum, mengapa sulit mendapatkan dana, mengapa sulit melakukan regenerasi, duta anak yang hilang, apa tugas sebenarnya forum anak, dan bagaimana masa depan forum anak.

Saya yakin, permasalahan di atas juga dialami kawan-kawan lain. Dengan ekskalasi yang berbeda tentunya. Dengan modal (duit) dan kemampuan (otak)  seadanya, terwujudlah kegiatan ini :

achiever

Oke, dari mana mau dimulai? 😀

FAKP Summit : Meneguhkan Forum Anak, antara Harapan dan Realita

Sebelumnya, jika kalian bingung, abaikan saja judul kegiatan di atas. Intinya, kegiatan ini semacam live in dan penguatan organisasi. Ada beberapa poin yang kami lakukan :

Pertama, merumuskan Nilai Dasar Forum Anak Kulon Progo. Ini menjadi penting untuk menyatukan semangat dan kesamaan sikap yang harus diambil di organisasi ini. Harapannya sih bisa membawa ruh forum anak sampai kapanpun nanti, siapapun yang ada di forum ini. Semacam dasadharma pramuka gitu.

Kedua, forum sharing dan membully. Hehe. Di sini kami menginventarisir berbagai permasalahan seputar forum anak. Beberapa permasalahan dan pertanyaan yang muncul dalam diskusi itu (seingat saya) :

  1. Regenerasi dan suksesi kepemimpinan
  2. Keterbatasan dana
  3. Hierarki forum anak ?
  4. Apa sebenarnya tugas dan fungsi forum anak ?
  5. Apakah forum anak itu independen, atau terikat SKPD?
  6. Apa fungsi dan manfaat FAD, KAI dan FAN/SFAN?
  7. Tidak ada panduan tentang forum anak yang mudah dipahami

Ada beberapa yang lain, tapi saya lupa. Sebelum itu, kami juga sempat membahas beberapa definisi forum anak, membandingkan antara beberapa sumber/pihak, dan memang banyak terdapat perbedaan. Monggo, cari sendiri ya 😀

Ketiga, merumuskan Core Activity FAKP. Ini semacam mengambil sesuatu yang khusus di antara berbagai hal umum yang dilakukan para forum anak. Kenapa? Supaya tidak rugi. Ibarat keluarga menengah ke bawah, kami harus selektif memilih aktivitas yang dilakukan, agar tujuan tercapai dengan modal seminimal mungkin. Jangan sampai misalnya, kami hanya ingin sosialisasi hak anak tapi harus membooking 10 studio bioskop.

Keempat, finalisasi Guide Line. Semacam AD/ART lah, tapi simple bingitt. Biar greget dan sedikit kredibel, bonafit. Hehehe. Bukan sih, tapi ini hanya upaya menata organisasi agar lebih mulus dan mantap. Sebenarnya kami pernah mendengar ada yang melarang forum anak membuat AD/ART, konon dari kementerian. Embuh sopo.

Kelima, mempersiapkan regenerasi. Cukup sulit kondisinya, tapi semoga strategi yang sudah dirumuskan bisa berjalan. Harapannya, kepengurusan resmi bisa dijalankan selambat-lambatnya pertengahan tahun 2016.

Yap, 2 hari itu, alhamdulillah cukup bisa menemukan arah gerak kami selanjutnya. Dan kami bersiap untuk rangkaian Achiever berikutnya. Cek ya !!

Rembug Publik : Kondisi Terkini Forum Anak dalam Ranah Perlindungan Anak

Sebenarnya konsep acara ini adalah : forum update informasi dan pengetahuan terbaru tentang forum anak, kebijakan/regulasi hak anak dan saling memotivasi. Sasaran kami adalah : forum anak se-DIY, FAD DIY, BPPM DIY, BPMPDP KB, LPA DIY, beberapa LSM dan para pegiat hak anak. Joss to?

Sayangnya, dari pihak BPMPDP KB dan BPPM DIY tidak hadir. Mbuh kenopo. Karena hari Minggu mungkin, harusnya pas hari sekolah saja kali ya. Apresiasi tinggi dan hormat grak untuk forum anak Kabupaten/Kota se-DIY, FAD DIY, dan LPA DIY yang sudah hadir. Ada begitu banyak pengetahuan, motivasi, masukan dan kritik bersama yang terbangun.

Beberapa catatan yang saya ingat :

  1. Setiap forum anak memiliki permasalahan, kesempatan, dan peta sendiri-sendiri. Sifatnya khas dan berbeda antara satu dengan lainnya. Sebisa mungkin disinergikan. FAKTA (Kota Jogja) yang intensif dengan program KRA nya, Forans (Sleman) yang kuat dalam branding dan jaringan forum anak kecamatannya, Fonaba (Bantul) yang begitu kuat interaksi antar anggotanya, FAKP yang tetap bergerak dalam keterbatasannya, FAGK yang memiliki begitu banyak sanggar dampingan, adalah contoh nyata.
  2. FAD DIY, sebaiknya bersifat koordinatif, tanpa perlu program lapangan tersendiri. FAD akan kuat jika FA Kabupaten/Kota di bawahnya kuat.
  3. LPA DIY mengharapkan kiprah yang lebih dari forum anak, mengingat begitu banyak dan kompleksnya permasalahan anak.
  4. Adanya kebutuhan akan petunjuk teknis yang jelas tentang forum anak, agar tidak timbul kevakuman. Jangan sampai forum anak hanya sebatas seremonial, dibentuk tapi tak diurus, atau sekedar realisasi anggaran.
  5. Fokuslah pada apa yang dilakukan, apapun peran yang akan diambil oleh forum anak kamu. Juga, jadilah agen forum anak seutuhnya, termasuk ketika tidak sedang berada di dalam forum anak.

Forum diskusi seperti ini sebenarnya jauh lebih dibutuhkan oleh forum anak. Insya Allah, hasil diskusi ini akan bermanfaat bagi penyegaran/reorientasi FAKP ke depannya. Sedikit disayangkan, forum ini hanya dari 2 pihak saja : forum anak dan lsm. Akan lebih seru dan panas jika mampu menghadirkan pihak pemerintah.

Yapp, demikian sedikit catatan saya. Tidak cukup menggambarkan semua prosesnya, tapi semoga bisa dimengerti. Hehe. Ada beberapa rekomendasi yang akan kami publikasikan. Tunggu saja ya. Bagi kami, forum anak adalah bentuk kepedulian akan hak anak. Bisa juga kendaraan, wasilah. Hak anak, adalah tujuan, atau ghoyah. Ghoyah itu abadi, tapi wasilah bisa diganti.