Lupa, Negara ikut Untung

Adakalanya, “lupa” membawa berkah. Adakalanya pula, lupa bisa mendatangkan kebaikan. Ya, walau kebanyakan, lupa bisa mengakibatkan hal-hal buruk. Lupa mengerjakan PR, lupa kalau punya janji dengan mantan, lupa pakai celana, lupa gosok gigi, sampai lupa-lupa yang lain. Agaknya, keseringan lupa juga bisa berakibat fatal. Tapi, ada juga lho lupa yang ternyata mendatangkan “kebaikan”.

Jadi begini ceritanya. Minggu depan, kantorku mau mengadakan sebuah workshop tentang perpajakan bagi para pengelola Keuangan PTS se-Jogja. Tentu saja kegiatan seperti ini dibiayai oleh negara (baca: APBN alias duit rakyat). Berbagai persiapan telah dilakukan, mulai dari menghubungi para narasumber, menyiapkan rundown, menyebar undangan dan hal-hal lainnya. So far, semuanya berjalan dengan cukup lancar.

Nah, acara-acara seperti ini tentu tak lepas dari yang namanya konsumsi, mulai dari snack hingga makan siang. Eng ing eeenng, di situlah, sebuah kejadian “lupa” terjadi. Rupa-rupanya,  kami hanya menganggarkan snack untuk 1 kali saja. Idealnya, untuk sebuah worshop sehari penuh, ada 2 snack time, pagi dan sore. Elaadalaah, kok bisa ya. Ya bisa, wong mbikin anggaran itu ndak mudah mblo. Segala jenis kemungkinan dan tetek bengek level mikro harus diperhatikan. Apalagi kalau staff bagian penganggarannya itu sering diplekotho alias kerja rodi nyusun anggaran. Tambah mbulet itu itung-itungannya.

Alhasil, kami harus pinter-pinter mengakali hal itu. Dana yang ada harus dioptimalkan (baca: dijereng-jereng ) agar cukup. Dana untuk 1 kali snack dan 1 kali makan siang, akhirnya digunakan untuk 2 snacktime dan 1 lunch 🙂 Pinter kan kami, mblo !!

Sepele sih, bukan masalah besar. Sepele juga penyebabnya, lupa! Kalau direnungi lagi, lupanya kami ini ternyata menjadi kebaikan tersendiri, yaitu :

  1. Terjadi penghematan anggaran negara, paling tidak sejumlah pesertanya dikalikan harga snack. Misalnya, peserta sejumlah 70 orang @ Rp 10.000,- , kami berhasil menghemat anggaran negara sejumlah Rp 700.000,- dengan output dan target yang tercapai.
  2. Anggaran tersebut, bisa saja dialihkan untuk pos-pos yang lebih bermanfaat, misalnya beasiswa siswa miskin, bantuan bedah rumah, atau renovasi sekolah yang ambruk di ujung perbatasan. Atau malah bisa juga sebaliknya, dikorupsi !!
  3. Ternyata kegiatan workshop, pelatihan atau apalah namanya, yang dibiayai APBN, bisa dilaksanakan dengan anggaran yang minim, alias ditekan serendah mungkin. Walau dengan sedikit “terpaksa” karena lupa menganggarkan tadi, tapi toh dengan anggaran segitu juga tetap berjalan. Mungkin memang perlu “dipaksa” juga ya untuk hal-hal yang lainnya. Hehe

Ada beberapa hal positif lainnya, tapi mungkin tak perlu diungkapkan di sini, ndak malah heboh pemerintahe. Iya mblo, negara ini dikelola dengan tidak cukup bijaksana menurutku. Indikasinya ? Kalian yang uda jadi Pe-eN-eS lebih-lebih yang berkubang di bagian keuangan pasti tahu. Profesionalisme bos, profesionalisme manaaaa 😀

Oke, itu saja. Terima kasih atas atensinya, mari kita galakkan “lupa-lupa” selanjutnya untuk mendukung tujuan nasional mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salam 🙂

Tinggalkan Komentar